BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Fenomina tentang arus globalisasi kini muncak
pada abad ke-21 ditandai dengan kemajuan ilmu penegetahuan, teknologi,
komunikasi, informasi dan transportasi telah menghasilkan pradigma baru bari
kehidupan umat manusia di Indonesia pada khususnya,dalam kontek ini umat islam
cenderung kurang mampu mengikuti perkembangn zaman. Dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk mengarahkan perubahan kehidupan kearah yang
lebih baik umat islam saat ini sangatlah lemah dan rumit sekali untuk
mewujudkan impian menjadi umat yang nomer satu dari sector pendidikan, ekonomi
dan kebudayaan, dan semua itu tidak mungkin terjadi dengan
sendirinya melainkan ada pengaruh, baik dari dalam ataupun dari luar.
Ada beberapa factor yang disoroti oleh Djamali,
sebagai fonomena kemuduran umat, yaitu: kemunduran bidang agama, akhlak,
keterbelakangan ilmu pengatahuan, dan teknologi,
keterbelakangan ekonomi, social, kesehatan, politik, manajemen, dan
bidang pendidikan, secara global di dunia islam, factor-faktor
tersebut yang menperlemah peran umat islam dalam
memaksimalkan kemampuan atau daya saing dalam pecaturan dunia global.
Umat Islam nampaknya masih kurang memiliki daya saing global karena
keterbelakangan sistemik yang belum bisa dieliminir melalui upaya
melejitkan potensi dan kemampuan kompetitif serta kooperatif umat islam.
Sudah saatnya umat islam menetapkan strategi mewujudkan
kemajuan dan kedamaian dalam tatanan dunia baru islam tidak hanya
melalui peran politik, tetapi justru melalui pemantapan peran kulturalisasi
islam secara komperehensif khususnya di bidang pendidikan..
Semua persoalan yang memperlemah kondisi umat harus diatas
melalui upaya strategis memperkuat sumber daya umat islam, baik
sumber daya manusia, alam, sosial, IPTEK, maupun modal /keuangan. Salah
satu upaya strategis kearah peningkatan kualitas umat adalah dengan membenahi
sistem pendidikan yang secara langsung berkaitan dengan pengembangan sumberdaya
manusia berkualitas sesuai keperluan lokal, Nasional, regional, dan global.
Ketersediaan sumberdaya manusia (human resources) atau SDM unggul yang mampu
menjawab persaingan dan bekerja sama mewujudkan kebaikan untuk semua. harus
menjadi visi perjuangan umat dalam semua level dan
segmen kehidupan.
.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang dan judul di atas perlu kiranya
kami merumuskan masalah-masalah yang akan di bahas di belakang:
- Apa dampak negative globalisasi untuk pendidikan islam di Indonesia?
- Apa mamfaat(pengaruh positif) dari globalisasi itu ?
- Upaya apa yang harus di lakukan untuk menjawab tantangan globalisasi ?
C.
TUJUAN PENULISAN
- Untuk mengetahui dampak negative globalisasi untuk pendidikan islam di Indonesia,
- Untuk mengetahui mamfaat dari globalisasi
- Untuk mengetahui Upaya apa yang harus di lakukan untuk menjawab tantangan globalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM DAN
GLOBALISASI
1. Pengertian Pendidikan Islam
Jika
muncul pertanyaan, apakah itu pendidikan islam? Maka
jawaban yang kita dapatkan pasti bermacam-macam. Begitu juga tentang
lembaganya, masih terdapat perbedaan pendapat dalam menetapkan mana yang
layak di sebut lembaga pendidikan islam, hal tersebut sudah
tentu tidak lepas dari kenyataan, bahwa di Indonesia terdapat dua model yang
selama ini di katakan sebagai lembaga pendidikan islam.
Pertama, dikelola pihak pemerintah yang mana
semua system dan peraturan yang ada sepenuhnya menurut pemerintah Yang
kedua, di organisasikan oleh masyarakat dan format pelaksaanya juga di
rancang sendiri, namun tidak lepas dari undang undang atau peraturan
pemerintah dalam hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.[1]
Namun
secara umum, pengertian dari Pendidikan Islam adalah suatu system kependidikan
yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba
Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan
manusia, baik duniawi maupun ukhrawi[2]
2. Pengertian Globalisasi
Pengertian
Globalisasi Menurut bahasa, global ialah seluruhnya, menyeluruh.[3]
Sedangkan globalisasi ialah pengglobalan secara keseluruhan aspek kehidupan,
perwujudan (peningkatan / perubahan) secara menyeluruh disegala aspek
kehidupan. Kemudian membaca pengertian secara luas globalisasi adalah proses
pertumbuhan Negara-Negara maju seperti halnya Amerika, Eropa dan Jepang,
yang telah melakukan ekspansi besar-besaran. Kemudian berusaha
mendominasi dan merubah dunia dengan kekuatan teknologi, ilmu
pengetahuan, politik, budaya, militer, ekonomi, dan pendidikan itu sendiri, di
Indonesia pada khususnya.
Menurut
david held dan Anthony Mc Grew, tidak ada devinisi globalisasi yang tepat yang
di sepakati bersama. Globalisasi dapat di pahami dalam pemahaman yang beragam
sebagai kedekatan jarak, ruangan waktu yang menyempit, pengaruh yang
cepat, dan dunia yang menyempit, perbedaanya hanya terletak pada penekanan dari
sudut pandang material, ruangan dan waktu, serta aspek-aspek kognitif
dari globalisasi, dari sudut peristilahan kata globalisaasi sebenarnya
masih mengalami problem karena realitas serta subyektifitas pemakaian
kata tersebut, namun globalisasi secara sederhana dapat di tunjukkan dalam
bentuk perluasan skala, pengembangan wilayah, dan percepatan pengaruh dari arus
dan pola-pola inter-regional dalam interaksi sosial[4]
B. TANTANGAN GLOBALISASI TERHADAP
PENDIDIKAN ISLAM
Ada
dua event yang hampir bersamaan, munculnya pada saat indonisia memasuki
abad melenium ketiga, pertama, Globalisasi, di
akibatkan kemajuan ilmu dan teknologi terutama komunikasi dan transpormasi,
sehingga dunia semakain menjadi tampa batas. Hal ini tentu akan berakibat
munculnya budaya global dalam budaya global ini di tandai dalam bidang ekonomi,
perdagangan akan menuju kepada terbentuknya pasar bebas, baik dalam
kawasan ASEAN, asia pasifik, bahkan akan meliputi seluruh dunia, dan bidang
politik akan semakin tumbuh semangat demokratisasi, dalam bidang budaya
akan terjadi pertukaran budaya antarbangsa yang berlangsung begitu cepat yang
saling berpengaruh memengaruhi, dalam bidang social akan muncul semangat
konsumeris yang tinggi di sebabkan pabrik-pabrik yang memproduksi
kebutuhan-kebutuhan konsumeris akan berupaya memproduk barang-barang baru yang
akan bertukanr dengan cepat pada setiap saat dan merangsang manusia untuk
memilikinya.
Dengan
wajah lamanya. Wajah baru Indonesia itu adalah wajah baru yang akan memunculkan
masyarakat madani, yakni masyarakat yang berperadaban dengan menekankan pada
demokratisasi dan hak-hak asasi manusia serta hidup dalam berkeadialan.
Tantangan
globalisasi ini menuntut kepada perhatian yang sungguh-sungguh dari semua
lapisan masyarakat untuk menghadapi dampak negativnya tantangan pertama bagi
dunia pendidikan adalah kwalitas, di era globalisasi pada dasarnya muncul
era kometisi, berbicara kompetisi adalah berbicara keunggulan , menurut Tilaar
manusia unggul manusia yang akan surviv di dalam kehidupan yang penuh dengan
persaingan.
Karena
itu salah satu persoalan yang muncul bagaimana upaya untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, membentuk manusia unnggul partisipatoris
yaitu manusia yang ikut serta secara aktif dalam persaingan yang sehat untuk
mencari yang terbaik (Tilaar, 1999:56). Keunggulan partisipatoris itu dengan
sendirinya adalah berkewajiban untuk menggali dan mengembangkan seluruh
potensi manusia yang akan di gunakan dalam kehidupan yang penuh dengan
persaingan yang semakin hari semakin tajam.[5]
Menurut Center for Moderate Muslim Indonesia, setidaknya
ada tiga tantangan pokok yang dihadapi pendidikan Islam di
Indonesia dalam menelusuri arus global yaitu:
1. Konformisme
kurikulum dan sumber daya manusia.
Konformisme
atau cepat merasa puas dengan keadaan yang ada menjadi kendala
mendasar dalam mengembangkan kurikulum pendidikan Islam. Lembaga pendidikan
dasar dan menengah masih menggunakan model kurikulum lama dengan
mengandalkan pendidikan dasar agama sebagai bekal mengajarkan pendidikan agama
lebih lanjut kepada masyarakat. Pembahasan yang diajarkan pun masih banyak
menekankan aspek normatif dengan (mohon maaf) menegesampingkan aspek
transformatif dalam konteks sosio-kultural masyarakat kita. Jangan kaget,
apabila ada sekelompok ikhwan yang sudah merasa cukup hanya dengan
mengkaji ilmu-ilmu keislaman yang datang dari tokoh-tokoh salaf dan
menganggap tabu ilmu-ilmu lain (kontemporer) yang sebenarnya sama pentingnya.
Kiranya kita perlu menata ulang pemahaman hadis Nabi Muhammad SAW; “man arod al
dunya fa ‘alaihi bi al ‘ilmi, wa man aroda al’akhirota fa ‘alaihi bi al ‘ilmi,
wa man ‘arodahuma fa ‘alaihi bi al ‘ilmi”.
2. Perubahan Sosial Politik
Iklim sosial politik kita yang tidak menentu ikut memberi
warna pada dunia pendidikan Islam. Sebagai negara demokrasi, politik merupakan
hal yang tak bisa terhindarkan. Bahkan, tidak sedikit ulama (pengampu
pendidikan Islam) menceburkan diri dalam kancah politik praktis. Mereka yang
seharusnya berperan sebagai wasit, malah ikut andil menendang bola. Lalu apa
yang terjadi dengan umat yang ditinggalkannya? Santri-santrinya? Lembaga pendidikannya? (biar mereka
sendiri yang menjawab).
3. Perubahan orientasi.
Sang
Proklamator Bung Hatta pernah mengatakan, agama hidup di masyarakat, sedangkan
masyarakat itu sendiri senantiasa mempunyai dinamika dan perubahan. Oleh sebab
itu, para pendidik agama pun harus bisa menangkap dan tanggap terhadap “roh”
perubahan, agar Islam senantiasa compatible dengan perkembangan masyarakat.
Pertanyaannya kemudian, sudahkah kita dan para tokoh agama merespon wejangan
Sang Proklamator? Atau kita hanya menghormati dan mengingat beliau sebatas
mengikuti rituak 17 Agustus-an tanpa mengindahkan gagasan-gagasan beliau?
Hari
ini, tidak sedikit lembaga pendidikan Islam yang masih alergi dengan filsafat,
bahkan ilmu sosial lainnya yang dituding sebagai bentuk hegemoni Barat di
bidang ilmu pengetahuan. Kejumudan intelektual akut sedang dialami umat.
Orientasi dari sekedar mendidik untuk memahami ilmu (pengetahuan) agama an sich
harus di re(de)konstruksi menjadi paham terhadap ilmu agama, ilmu sosial, ilmu
alam, dan ilmu humanior.
C. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP
PENDIDIKAN ISLAM
Globalisasi
mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia dari berbagai
aspek kehidupan, baik aspek social polotik, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain
termasuk pendidikan, dalam hal ini globalisasi telah merubah kehidupan
sehari-hari terutama di rasakan sekali oleh Negara berkembang dan pada saat
yang sama telah menciptakan system-sistem dan kekuatan-kekuatan trens nasional
baru.
Globalisasi
telah mempengaruhi generasi muda islam terutama di Negara-negara timur tengah
atau Negara-negara islam dan Negara-negara berkenbang, seperti Indonesia budaya
komunisme, hedonism, dan ketergantungan terhadap budaya barat menjadi fenomina
baru bagi generasi muda islam kita, model dan cara berpakaian yang tidak
islami(mempertontonkan aurat) jenis makanan dan minuman yang di
nikmati sujah jauh dari menu dan ke khasan local pengaruh bebas dan pergaulan
muda-mudi yang tidak mengenal tatakrama meraja lela dimana-mana, semakin
terkikisnya nilai kekeluargaan dan gotong- royong dan sebagainya adalah
merupakan pengaruh negative dari globalisasi.
Globalisasi
juga sangat berpengaruh terhadap penyelenggarakan pendidikan, baik terhadap
tujuan, proses, hubungan guru murid, etika metode ataupun yang lainya.
Dalam
hal tujuan dardapat kecendrungan yang mengarah materialismE, sehingga hal
pertama yang mungkin dikatakan oleh orang tua siswa atau siswa, adalah lembaga
adakah pendidikan tempat ia belajar dapat menjamin kehidupanya?demikiannya
dengan kurikulumnya lebih mengarah pada bagaimana hal-hal yang materialistic
itu dapat di capai, dalam hal ini belajar lenbih terfokus pada
aspek penguasaan ilmu (kognitif) belaka ketimbang bagaimana seseorang siswa
memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai islam.
Dalam
pergaulan antara sesama siswa, tidak jarang kita ketahui dari berbagai media
massa yang pemperlihatkan kondisi yang memperhatinkan akibat dari penjajagan
budaya barat yang mengumbar pergaulan bebas demikian halnya dengan
hubungan guru dengan murid sering kita dapatkan informasi yang
membuat bulu kuduk kita berdiri, yaitu dengan berlangsungnya hubungan
bebas guru-murid karena barter nilai dan tidak jarang pula terdapat
hubungan guru murud yang tidak harmunis di sebabkan akhlak siswa terhadap guru
yang kurang menempatkan kedudukan guru pada posisi yang tepat di karenakan
kesenjangan ekonomi antara guru dan orang tua murid yang bagaikan langit dengan
bumi.
Proses
globalisasi yang sedemikian berpengaruh bagi kelangsungan perkembangan
identitas tradisional dan nilai-nilai agama tentu saja tidak dapat di biarkan
begitu saja, kalangan agamawan, pemikir, pendidik, bahkan penguasa harus
merespon secara kontruktif terhadap berbagai persoalan yang di timbulkan
sebagai akibat dari pengaruh globalisasi ini.[6]
D. MAMFAAT GLOBALISASI TERHADAP
PENDIDIKAN ISLAM
Bila
dielajari lebih jauh, globalisasi membawa pengaruh terhadap Negara-negara berkembang
yang baru terlepas dari belenggu penjajahan, baik positif maupun negative.
Pengaruh positif dari globalisasi yaitu membantu / mendorong negara-negara baru
berkembang untuk maju secara teknis,serta menjadi lebih sejahtera secara
material.
Dengan
demikian tidak bisa kita pungkiri, juga bahwa globalisasi juga memiliki
mamfaat (Pengaruh Yang Positif) bagi
kehidupan umat manusia kita ketahuai bahwa globalisasi juga erat kaitanya
dengan era informasi dan tehnolog canggih.
Era
global /informasi menjadikan semua transparan , apa yang terjadi di belahan
dunia yang satu, di belahan dunia yang lain dapat juga dengan cepat di ketahui
hubungan seseorang dengan yang lainya, tehnologi komunikasi menjadi sedemikian
dekat gampang dan mudah, informasi pengetahuan dan lain-lainya dengan
mudah kita daptkan dari berbagai media, seperti radio, televisi, internet,
Koran, majalah dan lain sebagainya dengan demikian banyak hal yang dapat
mendorong pendidikan untuk meningkatkan kwalitas dirinya baik dalam hal kelembagaan
, tujuan, kurikulum, metode, dan lain sebagainya[7].
E. UPAYA KITA DAN LEMBAGA PENDIDIKAN
ISLAM DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI
Globalisasi yang berkembang saat ini tidak mungkin untuk
ditolak eksistensinya, sebab globalisasi merupakan keniscayaan yang harus
dihadapi oleh semua pihak termasuk pendidikan Islam. Melihat realitas seperti
yang tertulis di atas, maka dibutuhkan solusi yang konstruktif dalam rangka menata kembali seluruh
komponen pendidikan Islam. Penataan kembali sistem pendidikan Islam bukan
sekedar modifikasi atau tambal sulam, tapi memerlukan rekonstruksi,
rekonseptualisasi dan reorientasi, sehingga pendidikan Islam dapat memberikan
sumbangan besar bagi pencapaian tahap tinggal landas.
Untuk
lebih jelas dari upaya dan usaha itu kami
uraukan sebagai berikut:
1.
Sikap Kita Terhadap Globalisasi
Dalam
menyikapi isu globalisasi umat islam terbagi kedalam tiga kelompok,
yaitu yang menerima secara mutlak menolak sama sekali, dan pertengahan yakni
menyikapinya secara proposional.
Kelompok
pertama,
yakni orang yang menerima secara mutlak adalah orang yang di sebutkan oleh
rosulullah dalam hadistnya bahwa mereka adalah mengikuti cara-cara dan
ajaran-ajaran umat lain sejengkal demi sejengkal, sehingga jika umat lain itu
masuk ke lubang biawak mereka akan mengikutinya inilah sikap para penyeru
westnerisasi yang berlebihan didunia arab da islam.
Kelompok
kedua, orang
ynag menolak sama sekalai adalah yang menjahuai hal-hal yang baru tidak peduli dengan dunia pemikiran, ekonomi ,
politik dan sebagainya,mereka beruzlah dan menyiongkir, selain kelompok ini
terdapat kelompok lain yang sering di sebut dengan kelompk fudemintas, bedanya
mereka tidak mengasingkan diri, tetapi malah mengambil posisi berhadap-hadapan
dengan yang mereka tentang atau tolak.
Mereka menganggap bahwa globalisasi akan merusak sendi-sendi budaya islam
yang telah mereka jaga selama-bertahun-tahun, ke khawatiran mereka terletak
pada “westernisasi ”dan pembaratan pada budaya setempat melalui arus
globalisasi.
Kelompok
ketiga,
adalaah kelompok pertengahan yakni yang menyikapinya secara proposianal, menurut yusuf qordawi inilah sikap
yangbaik sebagai cermin sebagai manhaj islam pertengahan. Inilah sikap orang
beriman yang mempunyai wawasan luas dan terbuka yang bangga dengan
identitasnya, faham tentanng risalahnya, dan memegang teguh orisinalitasnyaia
tidak menghindar dari hala-hal yang baru dan tidak menerima secara
berlebihan.di antara sikap yang tepat menghadapi globalisasi sebagaimana
tersebut di atas adalah sikap proporsional yakni tidak berlebihan
dalm menolak dan menerimanya, kita tentu dapat memilah milih dana memilih-milih
mana yang di anggap baik dan sesuai dengan ajaran islam dan mana yang tidak
sesuai dengan ajaran islam. Terhadap pengaruh yang baik, tentu dengan senang
hati dapatkah kita terima dan bahkan jika memungkinkan mengembangkanyauntuk
mendapat mamfaat yang lebih baik.[8]
2.
Sikap Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Globalisasi
Ketika
berhadapan dengan ide-ide informasi dan polarisasi ideology dunia terutama di
dorong oleh kemajuan iptek modern, pendidikan islam tidak terlepas dari
berbagai tantangan. Dalam menghadapi berbagai tantangan dan dampak tersebut
pendidikan islam harus memiliki berbagi strategi sebab agama harus menjawab
tantangan yang relative dekat di hadapan kita dalam hal ini urusan dunia,
selain berhubungan dengan urusan perakhiratan jadi harus di jawab sejauhmana
agama kini bisa menjawabtanyangan kemajuan itu, iptek harus di kuasai, tetapi
kini tiudak boleh di tinggalkan sehingga bisa membentuk sumberdaya manusia yang
handalmenurut BPPN bahwa cara terbaik mengatasi kemungkinan dampak nigatif
adalah melalui peningkatan mutu pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama
serta pendidikan moral pada khususnya pada dasranya PPKn atau pendidikan
kewarga negaraan, dan agama sangat relefan untuk penanggulangan dampak
negative dari tekhnologi dan informasi, hanya saja untuk kondisi dalam era
reformasi sekarang ini di perlukan pengkajian ulang terhadap metode
pengembangan dan pengajaranya sehingga penanaman sikap maupun penghayatan
nilai-nilai relegius akan semakin menghasilkan prilaku yang lebih baik.[9]
Sedangkan
lembaga yang sangat berperan dalam tantangan itu adalah pesantren madrasah
menempati peran strategis bagi pendidikan generasi muda ummat Islam karena di
sanalah tempat kebanyakan anak para santri mempersiapkan diri untuk menjalankan
peran penting mereka bagi masyarakat di kemudian hari.
Dibandingkan
dengan pendidikan di sekolah umum, madrasah mempunyai misi yang
mulia. Ia bukan saja memberikan pendidikan umum (seperti halnya sekolah
umum) tetapi juga memberikan pendidikan agama , sehingga, kalau pendidikan ini
berhasil, para lulusannya akan dapat hidup bahagia di dunia dan hidup bahagia
di akhirat nanti (karena ketaatannya pada ajaran agama) Madrasah yang
hanya menekankan pendidikan agama dan mengabaikan pendidikan umum mungkin
hanya akan mampu memberikan potensi untuk bahagia di akhirat saja.Dalam
kaitannya dengan era globalisasi dan perdagangan bebas yang penuh dengan
persaingan ini, madrasah harus juga menyiapkan anak didiknya untuk siap
bersaing di bidang apa saja yang mereka masuki. Ini dimaksudkan agar
lulusan madrasah tidak akan terpinggirkan oleh lulusan sekolah umum dalam
memperebutkan tempat dan peran dalam gerakan pembangunan bangsa.[10]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
- Globalisasi mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia dari berbagai aspek kehidupan, baik aspek social polotik, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain termasuk pendidikan, dalam hal ini globalisasi telah merubah kehidupan sehari-hari terutama di rasakan sekali oleh Negara berkembang dan pada saat yang sama telah menciptakan system-sistem dan kekuatan-kekuatan trens nasional baru.
Globalisasi juga sangat berpengaruh
terhadap penyelenggarakan pendidikan, baik terhadap tujuan, proses, hubungan
guru murid, etika metode ataupun yang
lainya. Dalam hal
tujuan dardapat kecendrungan yang mengarah materialismE, sehongga hal pertam
yang mungkin dikatakan oleh orang tua siswa atau siswa, adalah lembaga adakah
pendidikan tempat ia belajar dapat menjamin kehidupanya?demikiannya dengan
kurikulumnya lebih mengarah pada bagaimana hal-hal yang materialistic itu dapat
di capai, dalam hal ini belajar lenbih terfokus pada aspek penguasaan ilmu
(kognitif) belaka ketimbang bagaimana seseorang siswa memiliki sikap yang
sesuai dengan nilai-nilai islam.
- Globalisasi juga memiliki mamfaat (Pengaruh Yang Positif) bagi kehidupan umat manusia kita ketahuai bahwa globalisasi juga erat kaitanya dengan era informasi dan tehnolog canggih.
Era global /informasi menjadikan
semuanya menjadi transparan , apa yang terjadi di belahan dunia yang
satu, de belahan dunia yang lain dapat juga dengan cepat di ketahui hubungan
seseorang dengan yang lainya,tehnologi komunikasi menjadi sedemikian dekat
gampang dan mudah, infoemasi pengetahuan dan lain-lainya dengan mudah
kita daptkan dari berbagai media, seperti radio, televise, internet, Koran,
majalah dan lain sebagainya dengan demikian banyak hal yang dapat mendorong
pendidikan untuk meningkatkan kwalitas dirinya baik dalam hal kelembagaan ,
tujuan, kurikulum, metode, dan lain sebagainya.
- Melihat realitas seperti yang tertulis di atas, maka dibutuhkan solusi yang konstruktif dalam rangka menata kembali seluruh komponen pendidikan Islam. Penataan kembali sistem pendidikan Islam bukan sekedar modifikasi atau tambal sulam, tapi memerlukan rekonstruksi, rekonseptualisasi dan reorientasi, sehingga pendidikan Islam dapat memberikan sumbangan besar bagi pencapaian tahap tinggal landas.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Muslih Usa,”Pendidikan Islam Di
Indonesia”,Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya, 1991.
Ø M. Arifin, MED, “Ilmu Pendidikan
Islam” Bandung : Bumi Aksara, 1989.
Ø Hamid, Farida”Kamus Ilmiah
Populer Lengkap”, Surabaya : Apollo.
Ø Nata,Abuddin, “Kapita Selekta
Pendidikan Islam”,Bandung:Angkasa, 2003.
Ø Furchan, Arief, http://www.pendidikanislam.net/index.php/makalah/41-makalah-tertulis/293-pemberdayaan-madrasah-
28-12-2010.
Ø Daulay, Haidar Putra, “Pendidikan
Islam , Dalam System Pendidikan Nasional Di Indonesia”,
Jakarta:Prenada Media,2004.
Ø Isna, Mansur, “Diskursus
Pendidikan Islam”, Yogyakarta: Global Pustaka Utama , 2001.
[5] Prof,Dr.H.haidar putra daulay,MA, “Pendidikan
Islam , Dalam System Pendidikan Nasional Di Indonesia”, Jakarta:Prenada
Media,2004, hal-199
[10] Arief Furchan, http://www.pendidikanislam.net/index.php/makalah/41-makalah-tertulis/293-pemberdayaan-madrasah-
28-12-2010