HAKIKAT EVALUASI PENDIDIKAN
“Evaluasi dalam Perspektif Pendidikan Islam”
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN EVALUSI
Memang tidak semua
orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam
beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan
penilaian.
Dari dua kalimat di
atas kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu, evaluasi, pengukuran dan
penilaian. Sebagian orang cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai
suatu pengertian yang sama sehingga dalam pemakaiannya hanya bergantung pada
kata mana yang siap untuk di ucapkannya. Akan tetapi sebagian orang membedakan
ketiga istilah tersebut.
Dan untuk memahami persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara
ketiganya, dapat di pahami melalui contoh-contoh di bawah ini :
1)
Apabila ada orang yang akan
memberi sebatang pensil kepada kita, dan kita di suruh memilih antara dua
pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu saja kita memilih yang panjang.
Kita tidak akan memilih yang pendek kecuali ada alasan yang sangat khusus.
2)
Pasar, merupakan suatu tempat
bertemunya orang-orang yang akan menjual dan membeli. Sebelum menentukan barang
yang akan di belinya, seorang pembeli akan memilih dahulu mana barang yang
lebih baik menurut ukurannya. Apabila ia ingin membeli jeruk, di pilihnya jeruk
yang besar, kuning, kulitnya halus. Semua itu di pertimbangkan karena menurut
pengalaman sebelumnya, jenis jeruk-jeruk yang demikian ini rasanya akan manis,
sedangkan jeruk yang masih kecil, hijau dan kulitnya agak kasar, biasanya masam
rasanya.
Dari contoh-contoh
di atas ini dapat kita simpulkan bahwa sebelum menentukan pilihan, kita
mengadakan penilaian terhadap benda-benda yang akan kita pilih. Dalam contoh
pertama kita memilih pensil yang lebih panjang, sedangkan dalam contoh kedua
kita menentukan dengan perkiraan kita atas jeruk yang baik, yaitu rasanya
manis.
Untuk
mengadakan penilaian, kita mengadakan pengukuran terlebih dahulu. Jika ada
penggaris, maka sebelum menentukan mana pensil yang lebih panjang, kita ukur
dahulu kedua pensil tersebut. Dan setelah mengetahui panjang masing-masing
pensil itu, kita mengadakan penilaian dengan melihat bandingan panjang antara
kedua pensil tersebut. Dapatlah kita menyatakan ini pensil panjang, dan ini
pensil pendek. Pensil yang panjang itulah yang kita ambil.
Untuk menentukan
penilaian mana jeruk yang manis, kita tidak menggunakan ukuran manis, tetapi
menggunakan ukuran besar, kuning dan halus kulitnya. Ukuran ini tidak memiliki
wujud seperti kayu penggaris yang mudah di terka, tetapi di peroleh berdasarkan
pengalaman.
Sebenarnya kita
juga mengukur, yakni membandingkan jeruk-jeruk yang ada dengan ukuran tertentu.
Setelah itu, kita menilai, menentukan pilihan jeruk yang paling memenuhi ukuran
dan itulah yang kita ambil.
Dengan demikian, kita
mengenal dua macam ukuran yang standar (meter, kilogram, takaran dan
sebagainya) dan ukuran perkiraan berdasarkan hasil pengalaman (jeruk manis
adalah yang kuning, besar, halus kulitnya).
Dua langkah yang di
lalui sebelum mengambil barang itulah yang di sebut mengadakan evaluasi, yakni
mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita
mengadakan pengukuran.
ü Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran pengukuran
bersifat kuantitatif.
ü Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
ü Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur
dan menilai.
Di dalam istilah
asingnya, pengukuran adalah measurement, sedang penilaian adalah evaluation.
Dari kata evaluation inilah di peroleh kata Indonesia evaluasi yang
berarti menilai.
B. MANFAAT EVALUASI
Jika
sebelum membeli jeruk kita tidak memilih dahulu mana jeruk yang baik di
bandingkan dengan yang kurang baik, maka kita akan memperoleh jeruk seadanya.
Mungkin baik, tetapi ada kemungkinan tidak baik. Yang jelas, kita belum tentu
memperoleh jeruk yang berkualitas baik jika tidak di dahului dengan kegiatan
mengevaluasi.
Dalam dunia
pendidikan, khususnya dunia persekolahan, evaluasi mempunyai manfaat ditinjau
dari berbagai segi.
a) Manfaatnya Bagi
Siswa
Dengan di adakannya
evaluasi, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti
pelajaran yang di berikan oleh guru. Hasil yang di peroleh dari pekerjaan
evaluasi ini ada 2 kemungkinan :
(1) Memuaskan
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan, dan hal itu
menyenangkan, tentu keputusan itu ingin di perolehnya lagi pada kesempatan lain.
Akibatnya, siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih
giat, untuk mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi. Keadaan sebaliknya dapat
terjadi, yakni siswa sudah merasa puas dengan hasil yang di peroleh dan
usahanya menjadi kurang gigih untuk kesempatan berikutnya.
(2) Tidak Memuaskan
Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia
akan berusaha agar keadaan itu tidak terulang lagi. Maka ia lalu belajar giat.
Namun demikian, keadaan sebaliknya dapat
terjadi. Ada
beberapa siswa yang lemah kemauannya menjadi putus asa dengan hasil kurang
memuaskan yang telah diterimanya.
b) Manfaat Bagi Guru
(1) Dengan
hasil penilaian yang di peroleh, guru dapat mengetahui siswa-siswa yang sudah
berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan.
(2) Guru
akan mengetahui apakah materi yang di ajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga
tidak perlu mengadakan perubahan untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan
datang.
(3) Guru
akan mengetahui apakah metode yang di gunakan sudah tepat atau belum. Jika
sebagian besar dari siswa memperoleh angka jelek pada evaluasi yang di adakan,
mungkin hal ini di sebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. Apabila
demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode lain
dalam mengajar.
c) Manfaat Bagi Sekolah
(1) Apabila
guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar
siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan
oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan
cermin sesuatu sekolah.
(2) Informasi
dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat merupakan
bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.
(3) Informasi
hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ketahun, dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang
dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar
akan terlihat dari angka-angka yang di peroleh siswa.
Secara terperinci
dan sesuai dengan urutan kejadiannya, dalam proses transformasi ini evaluasi
dibedakan atas tiga jenis, yakni sebelum, selama, dan sesudah terjadi proses
dalam kegiatan sekolah. Dalam hal ini, para pelaksana pendidikan selalu
berorientasi pada tujuan yang akan dicapai dan tinjauannya selalu di arahkan
pada siswa secara perseorangan (individual) maupuan kelompok (per kelas atau
perangkatan)
C. TUJUAN EVALUASI
Dengan
mengetahui manfaat evaluasi ditinjau dari berbagai segi dalam sistem
pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa fungsi evaluasi ada
beberapa hal :
1. Evaluasi Berfungsi
Selektif
Dengan cara
mengadakan evaluasi, guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap
siswanya.
Seleksi itu
mempunyai berbagai tujuan, antara lain :
a) Untuk memilih siswa yang dapat di
terima di sekolah tertentu
b) Untuk memilih siswa yang dapat naik ke
kelas atau tingkat berikutnya.
c) Untuk memilih siswa yang seharusnya
mendapat beasiswa.
d) Untuk
memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.
2. Evaluasi Berfungsi
Diagnostik
Apabila alat yang
digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat
hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu, diketahui pula
sebab-musabab kelamahan itu. Jadi, dengan mengadakan evaluasi, sebenarnya guru
mengadakan diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan
diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk
mengatasinya.
3. Evaluasi Berfungsi
Sebagai Penempatan
Sistem baru yang
saat ini sedang di populerkan di negara barat, adalah sistem belajar sendiri.
Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar
terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat
sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan
dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi, di sebabkan keterbatasan sarana dan
tenaga pendidikan yang sifatnya individual kadang-kadang sukar sekali
dilaksanakan.
4. Evaluasi Berfungsi
Sebagai Pengukur Keberhasilan
Fungsi
keempat dari evaluasi ini di maksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu
program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa
faktor yaitu guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem
administrasi.
BAB II
POKOK BAHASAN
1. EVALUASI DALAM
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
Dalam proses
pendidikan Islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak di capai.
Sebagaimana telah diterangkan di muka bahwa kurikukulum yang megandung materi
pelajaran yang tersusun dalam program dan di proses dengan berbagai metode yang
sesuai, menuju suatu pendidikan yang maksimal, kita sebut produk kependidikan
Islam atau output kependidikan Islam.
Dengan memperhatikan
kekhususan tugas pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembangan fitrah
anak didik, dimana nilai-nilai agama di jadikan landasan kepribadian anak didik
yang di bentuk melalui proses itu, maka idealitas Islami yang telah terbentuk
dan menjiwai pribadi anak didik tidak akan dapat di ketahui oleh pendidik
muslim, tanpa melalui proses evaluasi.
Evaluasi dalam
pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku
anak didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari
seluruh aspek-aspek kehidupan mental psikologi dan spiritual-religius, karena
manusia hasil pendidikan Islam bukan saja sosok pribadi yang tidak hanya
bersikap religius, melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup
beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakatnya.
Sasaran-sasaran
dari evaluasi pendidikan Islam secara garis besarnya meliputi empat kemampuan
dasar anak didik yaitu :
1)
Sikap dan pengamalan terhadap
arti hubungan pribadinya dengan Tuhannya.
2)
Sikap dan pengamalan terhadap
arti hubungan dirinya dengan masyarakatnya.
3)
Sikap dan pengamalan terhadap
arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
4)
Sikap dan pandangannya terhadap
dirinya sendiri selaku hamba Allah dan selaku anggota masyarakat serta selaku
khalifah di muka bumi.
Sasaran-sasaran
evaluasi tersebut dirumuskan kedalam berbagai pertanyaan atau statemen-statemen
yang di sajikan kepada anak didik untuk ditanggapi. Hasil dari tanggapan mereka
kemudian di analisis secara psikologis, karena yang menjadi pokok persoalan
evaluasi adalah sikap mental dan pendangan dasar dari mereka sebagai
manifestasi dari keimanan dan keislaman serta keilmupengetahuannya.
2. SISTEM EVALUASI YANG DI TERAPKAN ALLAH
Allah SWT dalam
berbagai firman-Nya dalam Al-Qur’an memberi tahukan kepada kita bahwa pekerjaan
evaluasi terhadap anak didik merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian
proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Ada tiga tujuan paedagogis dari sistem
evaluasi Tuhan terhadap perbuatan manusia yaitu :
1.
untuk menguji daya kemampuan
manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang di alaminya.
2.
untuk mengetahui sampai dimana
atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan oleh Rasulullah
SAW. terhadap ummatnya.
3.
untuk menentukan klasifikasi
atau tingkatan-tingkatan keislaman atau keimanan manusia, sehigga diketahui
manusia yang paling mulia disisi Allah, yaitu paling bertaqwa kepada-Nya,
manusia yang sedang-sedang saja dalam keimanan dan ketaqwaannya dan manusia
yang ingkar kepada ajaran Islam.
Sebagai contoh
sistem evaluasi Tuhan terhadap manusia yang mengahadapi berbagai kesulitan
hidup adalah firman-Nya dalam surat
Al-Baqarah 155:
Artinya :
“ dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar.”
Sasaran evaluasi
dengan teknik testing tersebut adalah ketahanan mental beriman dan bertaqwa
kepada Allah. Jika mereka ternyata tahan terhadap uji coba Tuhan, mereka akan
mendapatkan kegembiraan dalam segala bentuk, terutama kegembiraan yang bersifat
mental rohaniah. Seperti kelapangan dada, ketegaran hati, terhindar dari putus
asa, kesehatan jiwa, dan kegembiraan paling tinggi nilainya ialah mendapatkan
tiket masuk surga.
Jika dilihat dari
teori taksonomi Benjamin S. bloom maka jelaslah bahwa psychological
domains yang dijadikan sasaran evaluasi Tuhan dan Nabi meletakkan tekanan
masing-masing sasarannya sebagai berikut :
1)
Evaluasi Tuhan lebih
menitikberatkan pada sikap, perasaan dan pengetahuan manusia, seperti iman,
kekafiran, ketaqwaan, dan kefakiran (Kognitif-afektif)
2)
Evaluasi Nabi sebagai evaluasi
perintah Tuhan sesuai wahyu yang di turunkan kepada beliau lebih
menitikberatkan pada kemampuan dan kesediaan manusia untuk mengamalkan
ajaran-Nya, dimana faktor psikomotorik menjadi tenaga penggeraknya. Disamping
itu, faktor konotif (kemauan) juga dijadikan sasarannya
(konotif-psikomotorik).
BAB III
KESIMPULAN
Menurut berbagai
pandangan dari para ahli evaluasi pendidikan, antara lain, Prof. Monroe, perbedaan
antara pengertian evaluasi dan pengukuran sebagai berikut: Evaluasi adalah
suatu penilaian yang lebih menitkberatkan pada perubahan kepribadian secara
luas dan terhadap sasaran-sasaran umum dari program kependidikan. Sedangkan
pengukuran (measurement) lebih menekankan pada aspek-aspek dari pada
kemajuan bahan pelajaran atau keterampilan (skill) khusus dan kemampuan
pisik.
Jadi, evaluasi
berfungsi sebagai :
1)
Mengidentifikasikan dan
merumuskan jarak dari sasaran-sasaran pokok kurikulum secara komprehensif.
2)
Penetapan bagi tingkah laku apa
yang harus direalisasikan oleh siswa.
3)
Menyeleksi atau membentuk
instrumen-instrumen yang valid, terpercaya, dan praktis untuk menilai
sasaran-sasaran utama proses kependidikan atau ciri-ciri khusus dari
perkembangan dan pertumbuhan manusia didik.
Dengan menggunakan
evaluasi yang tepat sasaran, maka
seorang guru akan dapat mengetahui dengan pasti tentang kemajuan, kelemahan,
hambatan-hambatan anak didik dalam pelaksanaan tugasnya, yang pada gilirannya akan dijadikan bahan
perbaikan program atau secara langsung dilakukan remedial teaching (perbaikan
melalui kursus tambahan dan lain-lain). Atau bila dipendang perlu anak didik
diberi bimbingan belajar secara intensif.
Adapun jenis-jenis
evaluasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain : Evaluasi
Formatif,
Evaluasi Sumatif,
Evaluasi Diagnostik,
dan Evaluasi Penempatan.
Meskipun
dalam sumber pendidikan Islam, klasifikasi jenis evaluasi di atas tidak kita
temukan secara eksplisit, namun dalam praktek dapat diketahui bahwa pada
prinsipnya evaluasi-evaluasi sejenis itu juga seringkali kita temukan, baik
dalam firman-firman Allah dalam Al-Qur’an maupun dalam sunnah Nabi. Misalnya,
murid-murid al-Kuttab pada periode awal perkembangan Islam hanya ditetapkan untuk
anak-anak. Demikian juga Zawiyah, hanya diikuti oleh orang-orang yang berminat
sama yaitu tasawuf. Juga prinsip Ibnu Sina dalam pemberian pelajaran yang harus
di mulai dari yang mudah menuju pelajaran yang susah mengingat kemampuan murid
belum dapat menguasai secara cepat bahan-bahan pengetahuan yang di berikan oleh
guru. Dalam sejarah pendidikan Islam, terbukti bahwa setiap akhir unit
pelajaran diselenggarakan Khataman sebagai cara menilai hasil akhir dari
proses pendidikan. Di madrasah-madrasah di negeri kita sejak dahulu telah
dikenal sistem imtihan atau ujian.)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.M. Prof. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara. Jakarta. 1993
Ihsan, Hamdani, H., dan Ihsan, Fuad, A. H. Fisafat
Pendidikan Islam, CV Pustaka Setia, Bandung. 2001
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 1995,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar