Kamis, 25 April 2013

Hakikat Evaluasi Pendidikan

HAKIKAT EVALUASI PENDIDIKAN

“Evaluasi dalam Perspektif Pendidikan Islam”

 


BAB I 
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN EVALUSI
            Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.
            Dari dua kalimat di atas kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu, evaluasi, pengukuran dan penilaian. Sebagian orang cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam pemakaiannya hanya bergantung pada kata mana yang siap untuk di ucapkannya. Akan tetapi sebagian orang membedakan ketiga istilah tersebut.
Dan untuk memahami persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara ketiganya, dapat di pahami melalui contoh-contoh di bawah ini :
1)      Apabila ada orang yang akan memberi sebatang pensil kepada kita, dan kita di suruh memilih antara dua pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu saja kita memilih yang panjang. Kita tidak akan memilih yang pendek kecuali ada alasan yang sangat khusus.
2)      Pasar, merupakan suatu tempat bertemunya orang-orang yang akan menjual dan membeli. Sebelum menentukan barang yang akan di belinya, seorang pembeli akan memilih dahulu mana barang yang lebih baik menurut ukurannya. Apabila ia ingin membeli jeruk, di pilihnya jeruk yang besar, kuning, kulitnya halus. Semua itu di pertimbangkan karena menurut pengalaman sebelumnya, jenis jeruk-jeruk yang demikian ini rasanya akan manis, sedangkan jeruk yang masih kecil, hijau dan kulitnya agak kasar, biasanya masam rasanya.
            Dari contoh-contoh di atas ini dapat kita simpulkan bahwa sebelum menentukan pilihan, kita mengadakan penilaian terhadap benda-benda yang akan kita pilih. Dalam contoh pertama kita memilih pensil yang lebih panjang, sedangkan dalam contoh kedua kita menentukan dengan perkiraan kita atas jeruk yang baik, yaitu rasanya manis.
              Untuk mengadakan penilaian, kita mengadakan pengukuran terlebih dahulu. Jika ada penggaris, maka sebelum menentukan mana pensil yang lebih panjang, kita ukur dahulu kedua pensil tersebut. Dan setelah mengetahui panjang masing-masing pensil itu, kita mengadakan penilaian dengan melihat bandingan panjang antara kedua pensil tersebut. Dapatlah kita menyatakan ini pensil panjang, dan ini pensil pendek. Pensil yang panjang itulah yang kita ambil.
            Untuk menentukan penilaian mana jeruk yang manis, kita tidak menggunakan ukuran manis, tetapi menggunakan ukuran besar, kuning dan halus kulitnya. Ukuran ini tidak memiliki wujud seperti kayu penggaris yang mudah di terka, tetapi di peroleh berdasarkan pengalaman.
            Sebenarnya kita juga mengukur, yakni membandingkan jeruk-jeruk yang ada dengan ukuran tertentu. Setelah itu, kita menilai, menentukan pilihan jeruk yang paling memenuhi ukuran dan itulah yang kita ambil.
            Dengan demikian, kita mengenal dua macam ukuran yang standar (meter, kilogram, takaran dan sebagainya) dan ukuran perkiraan berdasarkan hasil pengalaman (jeruk manis adalah yang kuning, besar, halus kulitnya).
            Dua langkah yang di lalui sebelum mengambil barang itulah yang di sebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran.
ü  Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran pengukuran bersifat kuantitatif.
ü  Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
ü     Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan menilai.
            Di dalam istilah asingnya, pengukuran adalah measurement, sedang penilaian adalah evaluation. Dari kata evaluation inilah di peroleh kata Indonesia evaluasi yang berarti menilai.


B. MANFAAT EVALUASI
            Jika sebelum membeli jeruk kita tidak memilih dahulu mana jeruk yang baik di bandingkan dengan yang kurang baik, maka kita akan memperoleh jeruk seadanya. Mungkin baik, tetapi ada kemungkinan tidak baik. Yang jelas, kita belum tentu memperoleh jeruk yang berkualitas baik jika tidak di dahului dengan kegiatan mengevaluasi.
            Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, evaluasi mempunyai manfaat ditinjau dari berbagai segi.
a)         Manfaatnya Bagi Siswa
            Dengan di adakannya evaluasi, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang di berikan oleh guru. Hasil yang di peroleh dari pekerjaan evaluasi ini ada 2 kemungkinan :
(1)        Memuaskan
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan, dan hal itu menyenangkan, tentu keputusan itu ingin di perolehnya lagi pada kesempatan lain. Akibatnya, siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat, untuk mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi. Keadaan sebaliknya dapat terjadi, yakni siswa sudah merasa puas dengan hasil yang di peroleh dan usahanya menjadi kurang gigih untuk kesempatan berikutnya.
(2)        Tidak Memuaskan
Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar keadaan itu tidak terulang lagi. Maka ia lalu belajar giat. Namun demikian,  keadaan sebaliknya dapat terjadi. Ada beberapa siswa yang lemah kemauannya menjadi putus asa dengan hasil kurang memuaskan yang telah diterimanya.
b)         Manfaat Bagi Guru
(1)        Dengan hasil penilaian yang di peroleh, guru dapat mengetahui siswa-siswa yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan.  
(2)       Guru akan mengetahui apakah materi yang di ajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga tidak perlu  mengadakan perubahan untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang.
(3)        Guru akan mengetahui apakah metode yang di gunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh angka jelek pada evaluasi yang di adakan, mungkin hal ini di sebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode lain dalam mengajar.
c)         Manfaat Bagi Sekolah
(1)        Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cermin sesuatu sekolah.
(2)        Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.
(3)        Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ketahun,  dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari angka-angka yang di peroleh siswa.
            Secara terperinci dan sesuai dengan urutan kejadiannya, dalam proses transformasi ini evaluasi dibedakan atas tiga jenis, yakni sebelum, selama, dan sesudah terjadi proses dalam kegiatan sekolah. Dalam hal ini, para pelaksana pendidikan selalu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai dan tinjauannya selalu di arahkan pada siswa secara perseorangan (individual) maupuan kelompok (per kelas atau perangkatan)


C. TUJUAN EVALUASI
            Dengan mengetahui manfaat evaluasi ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa fungsi evaluasi ada beberapa hal :
1.         Evaluasi Berfungsi Selektif
            Dengan cara mengadakan evaluasi, guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap siswanya.
            Seleksi itu mempunyai berbagai tujuan, antara lain :
            a)         Untuk memilih siswa yang dapat di terima di sekolah tertentu
            b)         Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
            c)         Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
d)         Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.
2.         Evaluasi Berfungsi Diagnostik
            Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu, diketahui pula sebab-musabab kelamahan itu. Jadi, dengan mengadakan evaluasi, sebenarnya guru mengadakan diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya.
3.         Evaluasi Berfungsi Sebagai Penempatan
            Sistem baru yang saat ini sedang di populerkan di negara barat, adalah sistem belajar sendiri. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi, di sebabkan keterbatasan sarana dan tenaga pendidikan yang sifatnya individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan.

4.         Evaluasi Berfungsi Sebagai Pengukur Keberhasilan
            Fungsi keempat dari evaluasi ini di maksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem administrasi.


 
BAB II 
POKOK BAHASAN

1.         EVALUASI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
            Dalam proses pendidikan Islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak di capai. Sebagaimana telah diterangkan di muka bahwa kurikukulum yang megandung materi pelajaran yang tersusun dalam program dan di proses dengan berbagai metode yang sesuai, menuju suatu pendidikan yang maksimal, kita sebut produk kependidikan Islam atau output kependidikan Islam.
            Dengan memperhatikan kekhususan tugas pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembangan fitrah anak didik, dimana nilai-nilai agama di jadikan landasan kepribadian anak didik yang di bentuk melalui proses itu, maka idealitas Islami yang telah terbentuk dan menjiwai pribadi anak didik tidak akan dapat di ketahui oleh pendidik muslim, tanpa melalui proses evaluasi.
            Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental psikologi dan spiritual-religius, karena manusia hasil pendidikan Islam bukan saja sosok pribadi yang tidak hanya bersikap religius, melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakatnya.
            Sasaran-sasaran dari evaluasi pendidikan Islam secara garis besarnya meliputi empat kemampuan dasar anak didik yaitu :
1)                  Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan pribadinya dengan Tuhannya.
2)                  Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakatnya.
3)                  Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
4)                  Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan selaku anggota masyarakat serta selaku khalifah di muka bumi.
            Sasaran-sasaran evaluasi tersebut dirumuskan kedalam berbagai pertanyaan atau statemen-statemen yang di sajikan kepada anak didik untuk ditanggapi. Hasil dari tanggapan mereka kemudian di analisis secara psikologis, karena yang menjadi pokok persoalan evaluasi adalah sikap mental dan pendangan dasar dari mereka sebagai manifestasi dari keimanan dan keislaman serta keilmupengetahuannya.

2. SISTEM EVALUASI YANG DI TERAPKAN ALLAH
            Allah SWT dalam berbagai firman-Nya dalam Al-Qur’an memberi tahukan kepada kita bahwa pekerjaan evaluasi terhadap anak didik merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Ada tiga tujuan paedagogis dari sistem evaluasi Tuhan terhadap perbuatan manusia yaitu :
1.                  untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang di alaminya.
2.                  untuk mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan oleh Rasulullah SAW. terhadap ummatnya.
3.                  untuk menentukan klasifikasi atau tingkatan-tingkatan keislaman atau keimanan manusia, sehigga diketahui manusia yang paling mulia disisi Allah, yaitu paling bertaqwa kepada-Nya, manusia yang sedang-sedang saja dalam keimanan dan ketaqwaannya dan manusia yang ingkar kepada ajaran Islam.
            Sebagai contoh sistem evaluasi Tuhan terhadap manusia yang mengahadapi berbagai kesulitan hidup adalah firman-Nya dalam surat Al-Baqarah 155:
Artinya :
            “ dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
            Sasaran evaluasi dengan teknik testing tersebut adalah ketahanan mental beriman dan bertaqwa kepada Allah. Jika mereka ternyata tahan terhadap uji coba Tuhan, mereka akan mendapatkan kegembiraan dalam segala bentuk, terutama kegembiraan yang bersifat mental rohaniah. Seperti kelapangan dada, ketegaran hati, terhindar dari putus asa, kesehatan jiwa, dan kegembiraan paling tinggi nilainya ialah mendapatkan tiket masuk surga.
            Jika dilihat dari teori taksonomi Benjamin S. bloom maka jelaslah bahwa psychological domains yang dijadikan sasaran evaluasi Tuhan dan Nabi meletakkan tekanan masing-masing sasarannya sebagai berikut :
1)                  Evaluasi Tuhan lebih menitikberatkan pada sikap, perasaan dan pengetahuan manusia, seperti iman, kekafiran, ketaqwaan, dan kefakiran (Kognitif-afektif)
2)                  Evaluasi Nabi sebagai evaluasi perintah Tuhan sesuai wahyu yang di turunkan kepada beliau lebih menitikberatkan pada kemampuan dan kesediaan manusia untuk mengamalkan ajaran-Nya, dimana faktor psikomotorik menjadi tenaga penggeraknya. Disamping itu, faktor konotif (kemauan) juga dijadikan sasarannya (konotif-psikomotorik).
            

BAB III 
KESIMPULAN
           
            Menurut berbagai pandangan dari para ahli evaluasi pendidikan, antara lain, Prof. Monroe, perbedaan antara pengertian evaluasi dan pengukuran sebagai berikut: Evaluasi adalah suatu penilaian yang lebih menitkberatkan pada perubahan kepribadian secara luas dan terhadap sasaran-sasaran umum dari program kependidikan. Sedangkan pengukuran (measurement) lebih menekankan pada aspek-aspek dari pada kemajuan bahan pelajaran atau keterampilan (skill) khusus dan kemampuan pisik.
            Jadi, evaluasi berfungsi sebagai :
1)                  Mengidentifikasikan dan merumuskan jarak dari sasaran-sasaran pokok kurikulum secara komprehensif.
2)                  Penetapan bagi tingkah laku apa yang harus direalisasikan oleh siswa.
3)                  Menyeleksi atau membentuk instrumen-instrumen yang valid, terpercaya, dan praktis untuk menilai sasaran-sasaran utama proses kependidikan atau ciri-ciri khusus dari perkembangan dan pertumbuhan manusia didik.
            Dengan menggunakan evaluasi yang tepat sasaran,  maka seorang guru akan dapat mengetahui dengan pasti tentang kemajuan, kelemahan, hambatan-hambatan anak didik dalam pelaksanaan tugasnya,  yang pada gilirannya akan dijadikan bahan perbaikan program atau secara langsung dilakukan remedial teaching (perbaikan melalui kursus tambahan dan lain-lain). Atau bila dipendang perlu anak didik diberi bimbingan belajar secara intensif.
            Adapun jenis-jenis evaluasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain : Evaluasi Formatif, Evaluasi Sumatif, Evaluasi Diagnostik, dan Evaluasi Penempatan.  
            Meskipun dalam sumber pendidikan Islam, klasifikasi jenis evaluasi di atas tidak kita temukan secara eksplisit, namun dalam praktek dapat diketahui bahwa pada prinsipnya evaluasi-evaluasi sejenis itu juga seringkali kita temukan, baik dalam firman-firman Allah dalam Al-Qur’an maupun dalam sunnah Nabi. Misalnya, murid-murid al-Kuttab pada periode awal perkembangan Islam hanya ditetapkan untuk anak-anak. Demikian juga Zawiyah, hanya diikuti oleh orang-orang yang berminat sama yaitu tasawuf. Juga prinsip Ibnu Sina dalam pemberian pelajaran yang harus di mulai dari yang mudah menuju pelajaran yang susah mengingat kemampuan murid belum dapat menguasai secara cepat bahan-bahan pengetahuan yang di berikan oleh guru. Dalam sejarah pendidikan Islam, terbukti bahwa setiap akhir unit pelajaran diselenggarakan Khataman sebagai cara menilai hasil akhir dari proses pendidikan. Di madrasah-madrasah di negeri kita sejak dahulu telah dikenal sistem imtihan atau ujian.)

DAFTAR PUSTAKA

 
Arifin, H.M. Prof.  Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara. Jakarta. 1993

Ihsan, Hamdani,  H., dan Ihsan, Fuad, A. H. Fisafat Pendidikan Islam,     CV Pustaka           Setia, Bandung. 2001

Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara,    Jakarta, 1995,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar